Translate

Selasa, 31 Maret 2015

sejarah film nasional

Perjalanan Film Nasional

SIAPA yang tak suka film? Selain musik, dewasa ini film juga sudah menjadi gaya hidup, terutama bagi para pecintanya. Film dapat diartikan sebagai tayangan yang mempresentasikan suatu cerita yang diperankan oleh tokoh tertentu. Saat ini perfilman Indonesia dikatakan maju, mungkin akan mampu menyusul kancah internasional pada masa dekat ini. Namun tahukah Anda,  perfilman di Indonesia dahulunya memiliki sejarah yang naik turun hingga bisa stabil sampai sekarang ini. Berikut perjalanan film nasional dari tahun ke tahun.

Tahun 1900 (Masuknya Film ke Indonesia)

Pada saat itu Film di Indonesia pertama kali diperkenalkan di Batavia (sekarang Jakarta), tepatnya pada 5 Desember 1900. Ketika itu film disebut sebagai “Gambar Idoep”. Pertunjukkan film pertama digelar di Tanah Abang, yang menayangkan perjalanan Ratu dan Raja Belanda di Den Haag. Pertunjukan pertama ini kurang sukses karena harga karcisnya dianggap terlalu mahal, sehingga pada 1 Januari 1901, harga karcis dikurangi hingga 75% untuk merangsang minat penonton.

Film cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1905 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film cerita impor ini cukup laku di Indonesia. Jumlah penonton dan bioskop pun meningkat. Daya tarik tontonan baru ini ternyata mengagumkan di kala itu.
 Hy
Tahun 1926-1955 (Film Pertama Indonesia)

Indonesia membuat film lokal pertama berjudul “Loetoeng Kasaroeng” yang diproduksi oleh NV Java Film Company. Menyusul selanjutnya adalah film “Eulis Atjih” yang diproduksi oleh perusahaan yang sama. Setelah film kedua ini diproduksi, muncul perusahaan-perusahaan film lainnya seperti Halimun Film Bandung yang membuat “Lily van Java” dan “Central Java Film Coy” (Semarang) yangmemproduksi “Setangan Berlumur Darah.”

Industri film lokal sendiri baru bisa membuat film bersuara pada tahun 1931. Selama kurun waktu pada saat itu (1926-1931) sebanyak 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat. Film “rueve” (majalah film pada masa itu) pada tahun 1936 mencatat adanya 227 bioskop.

Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaludin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) pada tanggal 30 Maret-5 April 1955, setelah sebelumnya pada 30 Agustus 1954 terbentuk PPFI (Persatuan Perusahaan Film Indonesia). Film “Jam Malam” karya Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II di Singapura. Film ini dianggap karya terbaik Usmar Ismail. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan.

Tahun 1970-1990 (Kebangkitan Perfilman Indonesia)

Tahun 1970-an dapat dikatakan sebagai bangkitnya era perfilman Indonesia, Film-film seperti “Ali Topan Anak Jalanan”, “Romi dan Yuli”, dan sejenisnya sedang meraja lela pada saat itu. Meski jumlah film yang di produksi saat itu masih 604 judul, tapi semuanya berkualitas. dan dialog masih sangat kaku dengan menggunakan kata ganti “aku” dan “kau”.

Memasuki era 1980-an produksi film di tanah air menjadi 721 judul film dengan tema yang bervariasi. Era itu adalah eranya Warkop dan H. Rhoma Irama. Salah satu momentum bersejarah di era 1980-an adalah screeningnya film “Pengkhianatan G-30S/PKI” yang penontonnya (meskipun ada campur tangan pemerintah Orde Baru) sebanyak 699.282 orang. Pada akhir era 1980-an nama “Lupus” dan “Catatan si Boy” menjadi ikon tersendiri. Menjelang era 1990-an film-film seperti “Cinta dalam Sepotong Roti” mampu memenangkan berbagai penghargaan di festival film internasional.

Tahun 1990-1999 (Terpuruknya Perfilman Indonesia)

Era 1990-an dapat dikatakan sebagai kiamatnya perfilman Indonesia, karena maraknya sinetron di televisi-televisi swasta. Praktis semua aktor dan aktris panggung dan layar lebar beralih ke layar kaca. Selain itu tema yang selalu menjadi bomerang bagi perfilman tanah air adalah horror seks, di era 1990-an. Pada saat itu judul-judul film Indonesia amat sangat vulgar, contohnya seperti “Misteri Janda Kembang”, “Noktah Merah Perkawinan” dan sebagainya.

Tahun 2000 – Saat Ini (Dunia Baru Perfilman Tanah Air)

Awal 2000-an sempat muncul salah satu film anak yang menjadi legendaris saat itu, yaitu "Petualangan Sherina" yang dibintangi Derby Romeo dan Sherina Munaf. Dapat dikatakan "Petualangan Sherina" adalah oase di tengah sepinya bioskop tanah air. Lalu di tahun 2002 muncul pula film fenomenal ber-genre cinta yaitu "Ada Apa Dengan Cinta", film ber-genre horror seperti "Jalangkung"  dan lain sebagainya.

Film Indonesia pun menemukan kembali rohnya. Genre film pun kian variatif, alhasil di tahun-tahun berikutnya penonton mulai tertarik untuk menonton film Nasional. Film-film seperti "Heart", "Naga Bonar Jadi Dua", "Ayat-Ayat Cinta" adalah film-film yang mendapat jumlah penonton tertinggi. Bahkan Film Indonesia mampu bersaing dengan film Hollywood secara sehat.

 Film-film Berkualitas seperti “The Raid”, “5 CM”, “Garuda di Dadaku 2”, dan sejenisnya semakin banyak. Mari kita sama-sama berdoa agar kondisi perfilman nasional tetap stabil di titik ini dan terus melakukan berbagai macam inovasi. Dengan adanya Hari Film Nasional yang jatuh pada tanggal 30 Maret, Anda dapat mengapresiasikan kecintaan terhadap film tanah air dengan cara yang anda suka.
http://haiyong.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=100:sejarah-film-nasional&catid=41:statis

Kamis, 26 Maret 2015

BAHASA INDONESIA 2 #: PENALARAN, DEDUKSI, INDUKSI.

PENALARAN, INDUKTIF, & DEDUKTIF


1. PENALARAN


A.    Pengertian Penalaran



Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera(pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

B. Hal-hal yang berhubungan dengan penalaran :

-          Induktify
-          Deduktif

C. Contoh Kasus

·         Dalam pengertian aktivitas seseorang berpikir logis.
Contoh ; Hakim tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama menerbitkan putusan sela, dengan memerintahkan kepada ; Pengadilan Agama, untuk melakukan pemanggilan kepada Pembanding dan Terbanding, agar supaya hadir pada persidangan di PTA  pada tanggal 23 Maret 2011, guna dimintai keterangannya. Tetapi pada amar putusan sela yang lain, memerintahkan pula kepada Pengadilan Agama untuk melakukan sidang di tempat atas obyek sengketa, yang terletak di daerah Jakarta Selatan, Bandung, Bogor dan Raha,tanpa menyebutkan ketentuan batas waktu.

Pernyataan ini sesungguhnya tidak memiliki kandungan nalar dan penalaran yang benar, karena ada dua hal yang tidak masuk akal, yaitu;

a.                        Bagaimana mungkin sidang di PTA digelar yang pada intinya, bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan konkret atas obyek sengketa dengan ketentuan waktu pada tanggal 23 Maret 2011, sementara memerintahkan pula Pengadilan Agama untuk melakukan sidang pemeriksaan di tempat  tanpa menyebut batas waktu dan adanya pengiriman berita acara hasil pemeriksaan di tempat tersebut ke PTA.

b.                  Apa yang mau diperjelas dan konkret pada persidangan di PTA pada tanggal 23 Maret 2011, sementara pemeriksaan  setempat oleh PA di beberapa daerah belum dilakukan.

·         Jangkauan pikir.
Contoh ; Seorang  hakim dengan giatnya membaca dan belajar serta selalu mempersiapkan referensi buku-buku hukum, jurnal hukum, baik hukum formal maupun hukum materiil. Bahkan ia sering melakukan diskusi hukum dan juga rajin membaca putusan-putusan hakim melalui yurisprudensi, sehingga pada saatnya nanti ia berharap akan menjadi hakim yang lebih berkualitas dan memiliki integritas moral yang baik. Hakim seperti ini memiliki nalar dan penalaran yang mempersiapkan diri secara lebih strategis untuk kepentingan tugasnya di masa yang akan datang.

·         Kekuatan pikir.
Contoh ; Seorang hakim yang mengikuti program studi  S2 atau S3 dalam setiap kegiatan seminar di S2 atau dalam setiap kegiatan di ujian terbuka di program S3. Dari materi ujian promovendus, ia tidak pernah luput dari pengamatannya, baik melalui diskusi maupun melalui bentuk penulisan karya ilmiah. Pada saat ia hadir dalam sebuah seminar, ia dengan mudah memahami substansi materi pembahasan dan berusaha mengajukan tanggapan ataupun pertanyaan yang sangat mudah dipahami oleh orang lain. Mahasiswa seperti ini memiliki kemampuan nalar dan penalaran yang baik untuk menunjang kesuksesan program studinya di masa yang akan datang.


·         Menggunakan nalar atau pemikiran logis.
Contoh ; Seorang pejabat perbankan di persidangan pengadilan negeri dan ia bertindak sebagai saksi, lalu  hakim mencecarnya dengan  pertanyaan yang beruntun. Lalu oleh saksi tersebut, menjawab dengan tenangnya bahwa dirinya lupa...., lupa...., lupa.... dan seterusnya, bahkan kadang saksi tersebut mengatakan bahwa dirinya tidak tahu. Hakim yang menyidangkan perkara ini harus memiliki nalar dan penalaran yang baik, bahwa sangat  tidak logis, seorang saksi mengatakan ; lupa, lupa, lupa atau bahkan tidak tahu, padahal ia berkedudukan sebagai salah seorang subyek hukum dalam perkara ini. Nalarpun berkata, mana mungkin para terdakwa yang terdiri dari beberapa orang anggota DPR telah divonis bersalah karena  menerima sejumlah uang suap dan telah dijatuhi hukuman  pidana penjara antara satu sampai dua tahun, kalau tidak ada orang yang memberi suap. Hakim harus membentuk atau membangun sebuah penalaran terhadap kemungkinan adanya saksi-saksi yang terlibat memberi suap atas kasus ini.

Contoh-contoh tersebut merupakan sebagian fenomena umum yang terjadi di masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Dan di sana bisa ditemukan bagaimana fungsi dan manfaat  nalar dan penalaran itu.

2.  Induktif

A.    Pengertian Induktif

Penalaran induktif yaitu proses penalaran untuk menarik kesimpulan dari prinsip/sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus (induksi).
Ciri-ciri Paragraf Induktif :

·         Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
·         Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
·         Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
·         Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
·         Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasa utama

B.   Hal-hal yang berhubungan dengan Induktif

Penalaran Induktif dan Coraknya
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara : generalisasi, analogi, hubungan kausal ( hubungan sebab akibat ),

·         Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara atau studi dokumentasi.
·         Analogi
Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang diabandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Melalui analogi, seseorang dapat menerangkan sesuatu yang abstrak atau rumit secara konkrit dan lebih mudah dicerna. Analogi yang dimaksud adalah anlogi induktif atau analogi logis. Analogi induktif ( kias ) adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik diantara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan “ apa yang berlaku pada satu hal akan berlaku pula untuk hal lainnya “ dengan demikian dasar kesimpulan yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensi yang berhubungan erat dari dua hal yang dianalogikan.
·         Hubungan Kausal
Menurut hokum kausalitas semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjalin dalam rangkaian sebab akibat. Tidak ada satu gejala atau kejadian yang muncul tanpa penyebab.

Sedikit Tambahan :
#) Metode induktif
Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

C.   Contoh Kasus

·         Harimau berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.
·         Ikan Paus berdaun telinga berkembang biak dengan melahirkan.

 3.   Deduktif

A.    Pengertian Deduktif

Penalaran deduktif adalah menarik kesimpulan khusus dari premis yang lebih umum. Jika premis benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, maka dapat dipastikan hasil kesimpulannya benar. Jika penalaran induktif erat kaitannya dengan statistika, maka penalaran deduktif erat dengan matematika khususnya matematika logika dan teori himpunan dan bilangan.

B.    Hal-hal yang berhubungan dengan deduktif

Macam-macam penalaran deduktif diantaranya :

·         Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Contohnya:
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan)

·         Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contoh :
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis
 
 C.    Contoh Kasus

 Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.



Sumber Referensi : http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
     http://faridarahmanty.blogspot.com/2013/10/penalaran-yang-berhubungan-dengan_9055.html
http://selvibrigitta.blogspot.com/2013/04/penalaran-deduktif.html
http://velistigris.blogspot.com/2013/03/penalaran-induktif.html
http://fachri86.wordpress.com/2012/10/18/penalaran-induktif/
http://velistigris.blogspot.com/2013/03/penalaran-induktif.html
http://firna-blog.blogspot.com/2012/03/pengertian-induktif-dan-deduktif.html
http://hadasiti.blogspot.com/2012/03/arti-dan-contoh-dari-penaralan-induktif.html
http://adewilistianyihsan.blogspot.com/2014/03/tugas-1-bahasa-indonesia-2-softskill.html?m=1