Kendaraan
Umum Jakarta yang Sudah Punah
Kota Jakarta hari ini, penuh dengan
suara klakson bus kota, Metro Mini
atau Kopaja, angkutan kota, bajaj, ojek sepeda motor hingga seliweran bus
TransJakarta. Ingatkah Anda macam transportasi yang berseliweran di Jakarta
pada zaman baheula ?
Dan berikut adalah kendaraan yang 'punah' dari belantara jakarta..
Dan berikut adalah kendaraan yang 'punah' dari belantara jakarta..
1.Becak
Pada 1950-an becak merupakan salah
satu 'primadona' transportasi di Jakarta. Firman Lubis dalam buku 'Jakarta
1950-an, Kenangan Semasa Remaja' menyebut sekitar 25 ribu becak terdapat di
Ibukota pada 1951. Sedangkan menurut sejarawan Susan Abeyasekere dalam bukunya,
'Jakarta: A History', pada tahun 1970 terdapat 92.650 becak yang terdaftar di
Jakarta. Diperkirakan jika dijumlah dengan becak yang tidak terdaftar, maka angkanya
bisa mencapai 150ribu.
Saking banyaknya becak di Jakarta, tak
jarang alat transportasi beroda tiga ini dilibatkan dalam festival dan perayaan
lainnya. Misalnya saja dalam perayaan HUT Kemerdekaan tiap 17 Agustus, becak
dihias dan berpawai keliling Jakarta. Menjelang Pemilu 1955 pun becak
diberdayakan untuk keperluan kampanye.
Namun seiring semakin padatnya jalan Ibukota dengan
kendaraan lain, becak pun perlahan tersingkir. Karena jalannya yang lamban,
becak dinilai bisa mengganggu lalu lintas perkotaan. Becak kemudian dilarang
beroperasi di Jakarta. Alasannya becak dinilai sebagai alat transportasi yang
mengeksploitasi manusia atas manusia.
2. Helicak
Helicak
merupakan gabungan kata helikopter dan becak. Dinamakan demikian karena
bentuknya yang mirip kedua alat transportasi tersebut. Helicak pertama kali
diluncurkan di Jakarta pada Maret 1971, saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin.
Seperti
becak, penumpang duduk di dalam kabin dengan kerangka besi dan serat kaca yang
ada di bagian depan. Penumpang dipastikan terlindung dari panas, hujan, maupun
debu jalanan. Kabin itu hanya muat dua penumpang dewasa. Sedangkan pengemudinya
ada di bagian belakang.
Mesin dan
bodi utama kendaraan ini adalah skuter Lambretta
dengan mesin 150 CC yang didatangkan dari Italia. Ada 400 unit helicak saat
diluncurkan pertama kali di Jakarta. Harga satu unit helicak saat itu adalah Rp
400 ribu. Dan saat terakhir diimpor tahun 1979, harganya Rp 525 ribu per unit.
Namun
kendaraan ini dinilai tidak aman karena jika terjadi kecelakaan, maka
penumpangnya duluan yang menjadi korban. Selain itu, sopir helicak akan
kepanasan saat matahari bersinar terik dan basah kuyub saat hujan turun. Karena
itu, pengusaha transportasi lebih memilih menggunakan bajaj yang belakangan
muncul, sehingga helicak terpinggirkan. Kendaraan ini dilarang untuk
dioperasikan oleh Pemda DKI pada 1987.
3. Oplet
Oplet
berarti mobil penumpang ukuran kecil. Nah, mobil yang digunakan sebagai oplet
adalah sedan buatan Inggris dengan ban
yang telah dimodifikasi. Austin adalah merek lain yang digunakan sebagai oplet,
sehingga oplet kadang disebut 'ostin' oleh orang awam.
Ada yang
mengatakan kata oplet berasal dari nama Chevrolet
atau Opel. Ada pula yang menyebut oplet berasal dari kata auto let.
Kendaraan
ini beroperasi di Jakarta sejak 1930. Mulanya operasi oplet terbatas di daerah
Jakarta Timur. Namun kemudian meluas ke daerah lain dengan izin trayek resmi.
Oplet dibagi
menjadi dua 'ruangan'. Ruang pertama di bagian depan adalah untuk sopir dan
seorang penumpang. Ruangan kedua adalah untuk penumpang. Lantai di ruangan
penumpang terbuat dari kayu, dengan atap dari seng dan rangka kayu. Sedangkan
jendela oplet terbuat dari kayu dan plastik yang dibentangkan dan bisa
dinaik-turunkan.
Pada tahun
1960-an dan 1970-an oplet merupakan kendaraan umum paling populer di Jakarta.
Sebab pada saat itu bus ukuran sedang dan besar masih jarang. Namun menjelang
1980, trayek-trayek mikrolet mulai dihapus dan digantikan fungsinya oleh
kendaraan lain seperti Mikrolet, Metro Mini,
dan Koperasi Wahana Kalpika (KWK).
4. Delman

Delman
merupakan kereta dengan dua roda yang ditarik kuda. Nama Delman berasal dari
nama penemunya, Ir Charles Theodore Deeleman. Dia
adalah insinyur dan juga ahli irigasi yang memiliki bengkel besi di pesisir
Batavia (Jakarta sekarang).
Seorang
kusir duduk di depan mengendalikan jalannya kuda yang menarik delman. Sedangkan
penumpang duduk di dalam, di belakang kusir, dengan duduk berhadap-hadapan. Meski
kebanyakan delman merupakan sewaan namun ada juga yang merupakan milik pribadi.
Delman di
Jakarta dibuat oleh pabrik-pabrik khusus, salah satunya terletak di Jl Gadjah
Mada. Pabrik karoseri delman disebut wagenmakerij yang juga melayani pembuatan
dan pemasangan tapal kuda. Tempat ini juga menjadi bengkel delman. Mulanya,
delman menggunakan ban besi. Namun setelah jalanan diaspal, ban kuda berganti
dengan karet.
Dulu, Delman
juga digunakan sebagai media promosi film
yang tengah diputar. Poster-poster film
dipajang di delman yang berkeliling kota. Pengumuman jadwal pemutaran film dan tabuhan genderang dan tambur
bertalu-talu plus bunyi bel membuat kendaraan ini
menarik perhatian massa.
Karena
kendaraan ini relatif lambat berjalannya dan kotoran kuda bergelimpangan di
jalan, perlahan delman mulai ditinggalkan warga Jakarta.
5. Trem
Trem sudah
ada di Batavia (nama Jakarta kala itu) sejak pertengahan 1800 hingga 1900-an.
Mulanya trem kuda yang mampu mengangkut 40 orang hadir pada 1869. Keberadaan
trem kuda ditulis dalam buku 'Kisah Betawi Tempo Doeloe: Robin Hood Betawi'
karya Alwi Shahab.
Seiring perkembangan
teknologi, keberadaan trem kuda lantas
digantikan dengan trem uap yang muncul sekitar 1881. Lokomotif yang dijalankan
dengan ketel uap menggantikan keberadaan kuda yang menarik trem sehingga
memiliki rute yang lebih panjang.
Kala itu
trem uap melintas dari Pasar Ikan sampai Jatinegara. Pasar Baru, Gunung Sahari,
Kramat, Salemba, dan Matraman adalah kawasan yang dilintasi alat transportasi
ini.
Kemudian
pada 1900, teknologi terbaru ditemukan sehingga meminggirkan trem uap dan
menggantikannya dengan trem listrik. Pada 1950-an ada sekitar 5 lin (dari
bahasa belanda lijn yang berarti lintasan) di Jakarta. Lin-lin itu antara lain
melintasi Kampung Melayu, Jalan Cut Mutia, Jalan Tanah Abang Raya (sekarang
Jalan Abdul Muis), Harmoni, dan Pasar Ikan.
Operasi trem
ini kemudian dihentikan pada 1959. Tidak jelas mengapa pengoperasian alat
transportasi ini dihentikan. Firman Lubis yang merupakan anak Betawi, penulis
buku 'Jakarta 1950-an, Kenangan Semasa Remaja' menduga trem sulit dioperasikan
atau karena tidak ada dana untuk merawat dan
meremajakannya.
6. Bus Tingkat


Bus tingkat
adalah bus dengan dua lantai, di atas dan di bawah. Dengan bus tingkat alias
bus tempel ini maka penumpang yang diangkut bisa mencapai dua kali lipat.
Namun bus
ini dinilai tidak stabil lantaran posisi titik beratnya tinggi, sehingga hanya
sesuai dengan kondisi jalan yang datar. Selain itu, penumpang berkebutuhan
khusus juga sulit untuk naik ke lantai dua. Kelemahan lain bus ini adalah
karena jalannya yang lambat.
Beberapa
jurusan bus tingkat yang pernah beroperasi di Jakarta antara lain Senen - Blok
M, Blok M - Pulo Gadung, dan Blok M - Kota.
Seiring perkembangan pembangunan di Jakarta, tidak
semua jalan 'ramah' pada bus model doubledecker itu. Karena tinggi, bus itu
bisa menyangkut di terowongan. Selain itu konon sistem mesin di belakang
mengakibatkan mudah terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar