Tip and Trik Memilih Calon Pemimpin
Yang namanya Pilkada di Indonesia
hampir setiap bulan terjadi. Dengan wilayah yang luas dan terbaginya wilayah
dalam Pemerintahan Kabupaten, Kotamadya, Provinsi dan NKRI yang dikepalai oleh
seorang Kepala Daerah, mulai dari Bupati, Walikota, Gubernur bahkan Presiden,
hampir bisa dipastikan Pilkada menjadi santapan sehari-hari. Ini bisa
dibuktikan dari seringnya teman saya yang bekerja di KPU hilir mudik ke luar
daerah yang sedang melaksanakan Pilkada. Padahal itu baru dalam satu Provinsi
saja, belum lagi kalau sudah keluar Provinsi, hampir bisa dipastikan dalam
sebulan dia berada di rumah hanya hari liburnya saja.
Nah, bagi penduduk Indonesia yang
ingin berpartisipasi dalam memilih Calon Kepala Daerah yang kelak akan menjadi
Kepala Daerah di tempat tinggal mereka, berikut adalah tips and trik dalam
menentukan pilihan. Hal ini pun menyinggung dengan pemilu yang akan di laksanakan
bulan april mendatang
1.
Asal, Usul
Jangan memilih calon pemimpin kita yang kita
tidak mengenal asal usulnya. Ini wajib diketahui, karena memilih calon pasangan
hiduppun kita harus mengenal asal-usulnya, apalagi memilih orang yang akan
memimpin kita. Karena hanya dengan cara mengenal seseorang itulah maka akan
menimbulkan cintah kasih sehingga bisa menciptakan kehidupan yang harmonis.
Orang yang bisa bergaul dengan baik jika dia mengenali asal usulnya apalagi ada
kesamaan dengan wilayah yang dia pimpin. Bagaimana seseorang yang tak mengenal
wayang akan larut menonton wayang semalam suntuk. Atau seorang yang tak
mengenal tari Kecak akan kagum dengan tariannya. Seseorang yang tak pernah
datang ke gereja akan ikut masuk gereja, seseorang yang tak pernah shalat akan
menjadi imam shalat. Lah, orang yang beribadah saja masih sering berbuat salah,
apalagi yang tidak beribadah. Calon incumbent lebih mudah dikenali, karena
sudah memimpin pada periode sebelumnya. Oleh karena itu pasangan incumbent
paling rentan terhadap sorotan yang buruk. Penyebabnya tak lain adalah, hasil
kerjanya selama memimpin dipriode sebelumnya dapat dirasakan langsung oleh
masyarakatnya. Sedikit saja kekurangberhasilannya diekspos maka akan mengembanglah
kelemahan-kelemahan seorang incumbent. Oleh sebab itu, sebaiknya kita mencari
titik keberhasilan seorang incumbent, karena pasti setiap pemimpin, siapapun
dia, ada keberhasilannya dan ada ketidakberhasilannya, sama saja seperti ada
yang suka dan ada yang tidak suka. Itulah Pemimpin yang sebenarnya, kalau semua
orang suka atau semua orang tidak suka, itu bukanlah seorang pemimpin.
Sedangkan yang agak susah dicari titik lemahnya adalah calon penantang, apalagi
kalau dia munculnya tiba-tiba saja, tanpa pernah menjabat sebelumnya, atau
pernah menjabat pada skala yang lebih kecil, tentu saja mudah sekali untuk
menciptakan image yang bagus. Oleh sebab itu sebagai pemilih kita tidak boleh
langsung menerima begitu saja. Informasi dapat digali dari orang-orang yang
merasakan langsung saat dipimpinnya, bila perlu lakukan kunjungan ke lembaga
atau wilayah yang pernah dia pimpin, di sana akan tergali dengan sendirinya
dari para mantan bawahan atau hasil pengamatan kita. Selain itu berita-berita
di internet dapat dijadikan acuan. Pilihlah website dari si calon itu sendiri,
baru hubungkan dengan berita-berita lainnya yang ditulis oleh orang lain,
biasanya ada titik temunya.
2.
Visi dan Misi
Visi dan Misi seorang yang akan memimpin kita
harus jelas. Kejelasannya dapat dilihat dari data pribadi yang dibuat saat
mereka mendaftarkan diri di KPU. Jangan mudah terpengaruh dengan visi dan misi
yang ada di selebaran, karena visi dan misi yang sering disebarkan di sembarang
tempat banyak yang bohong atau mungkin issue yang ditiupkan oleh lawan-lawan
politik atau mungkin issue yang ingin diangkat oleh pasangan itu sendiri demi
mengangkat popularitasnya. Selain itu perlu juga difahami visi dan misi dari
partai yang mendukungnya, karena jika visi dan misi mereka justru bertentangan
akan sulitlah bagi sang pimpinan untuk menjalankan programnya. Karena biar
bagaimana berkuasanya rakyat tetap saja keputusan menjalankan programnya
ditangan partai yang mendukungnya, tentu saja yang sudah duduk jadi Anggota
DPR.
3.
Jangan Terpengaruh Dengan Money Politik
Di zaman sekarang ini banyak orang yang ingin
jadi pimpinan rela mengeluarkan biaya besar untuk mendulang suara. Padahal
banyak pula ujung-ujungnya di penjara. Heh- Berbagai cara mereka lakukan. Salah
satu yang paling populer adalah money politik. Jika sebelumnya kita sudah
menentukan pilihan terhadap satu calon dan ternyata dalam perkembangannya calon
ini menggunakan money politik, jangan serta merta menilainya negatif, lihat
rekam jejak sebelum ada Pilkada, apakah dia memang sudah rajin memberi atau
pada saat jelang Pilkada saja. Jika memang iya, artinya sang calon hanya
meneruskan program dia sebelumnya. Ini artinya masih dapat dipertimbangkan
untuk dipilih.
4.
Dicalonkan
atau Mencalonkan
Dalam agama Islam adalah hadits Rasullullah SAW
yang artinya : “Jangan memberikan jabatan kepada orang yang meminta”. Nah,
dalam iklim perpolitikan di Indonesia, sepertinya tidak berlaku. Bukankan
mengikuti Pemilu adalah suatu permintaan? Oleh sebab itu kita dapat meluaskan
lagi maknanya. Lihat sang calon tersebut, diminta oleh partainya atau dia yang
mencalonkan diri ke partai tersebut. Tapi apapun itu bentuknya, tetap sama
saja, yaitu mencalonkan diri untuk menempati jabatan tertentu. Oleh sebab itu
pilihlah orang yang ahli di bidangnya. Karena kata Rasullullah SAW, kalau
menempatkan orang yang bukan ahli di bidangnya, maka tunggu saja kehancurannya.
Inilah sedikit tips dari saya,
semoga dapat menambah wawasan, tapi jangan dijadikan ukuran. Pilihlah dengan
hati nurani anda dan dengan bijak, satu suara sangat berharga dalam menentukan
masa depan bangsa…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar